AYCS.COM, Jakarta - Ketakutan KPK akan terjadi guncangan akibat sidang skandal korupsi e-ktp terbukti benar. Bagaimana tidak, nama-nama pesohor politik tanah air disebut dalam dakwaan jaksa penuntut umum. Bahkan nama-nama tenar dari partai-partai politik terpampang jelas disana beserta besaran dugaan aliran dana yang diterima. Perhatian publik pun tersedot besar-besaran akibat mega skandal kasus ini.
Semua yang disebut adalah pejabat papan atas. Di antara nama tersebut ada nama yang tidak disangka-sangka karena selama ini mereka dikenal sebagai pejabat yang anti korupsi dan kerjaannya cukup memuaskan publik. Sebut saja Gandjar Pranowo dan Yasona Laolly. Sedangkan bila nama-nama Setya Novanto, Ade Komarudin, Gamawan Faudzi disebut, orang sudah tidak heran lagi.
Meski kasus ini menyayat hati masyarakat karena uang rakyat dikorupsi sebegitu besarnya, namun tetap ada pelajaran penting akan kasus ini. Setidaknya segala bentuk tindak kejahatan yang selama ini dilakukan secara diam-diam akhirnya terbongkar juga. Bilapun mereka yang namanya disebut menerima uang tidak masuk penjara, setidaknya publik sudah tahu bahwa mereka pernah diduga menerima aliran uang haram besar-besaran.
Hal yang paling menyakitkan bagi politisi adalah apabila namanya terbongkar terlibat praktik korupsi. Bila hal ini terjadi di negara maju, maka budaya malu langsung berjalan. Mengundurkan diri menjadi jalan bagi mereka tanpa dipaksa publik. Namun hal ini belum berlaku di Indonesia. Seorang koruptor yang sudah divonis pengadilan saja masih bisa melamba-lambaikan tangan.
Berita baik dalam skandal korupsi e-ktp
Meski publik dibuat terkaget-kaget akan skandal ini, ternyata ada berita baik dan penting yang bisa mengobati hati masyarakat Indonesia. Ternyata ketika persekongkolan jahat ini terjadi di meja dewan yang terhormat, ada satu putra bangsa yang punya hati nurani menolak proyek yang merugikan negara ini. Dia adalah Ahok yang sekarang menjadi korban fitnah dan sasaran tembak akibat perjuangannya mewujudkan keadilan sosial. Bahkan sebelum nama-nama besar dalam kasus ini diungkap, fitnah dan tuduhan akan keterlibatan Ahok sudah mulai ramai diberitakan.
Entah sudah berapa banyak fitnah dan tuduhan dialamatkan kepada mantan Bupati Belitung ini. Namun seperti pepatah, kebenaran akan selalu benar. Jika kebenaran ditutup-tutupi sekalipun, itu hanya masalah waktu. Suatu waktu kebenaran itu akan terungkap. Demikian juga dengan Ahok.
Beberapa tahun yang silam, Ahok memang sudah pernah menyinggung skandal e-ktp ini. Dikutip dari kompas.com, Ahok bercerita langsung sebagai berikut:
“Saya masih ingat Nurul Arifin ngomong begini ke saya, ‘Hok, ini fraksi ngomong ke gue nih, lu mau dipindahin dari Komisi II. Karena kasus e-KTP, lu itu terlalu galak dan ribut-ribut melulu, mana lu mau bikin pembuktian terbalik, UU Pemilukada, macem-macem, jadi lu mau dipindahin’,” kata Ahok kala itu menirukan ucapan Nurul.
Ahok lalu bertanya kepada Nurul, ke komisi mana dia akan dipindahkan. Nurul menjawab, Ahok akan dipindahkan ke Komisi VIII DPR RI yang membidangi agama.
“Saya bilang lagi, ‘Oke, lu kasih tahu tuh fraksi ya, bos-bosnya semua, nanti kalau gue di Komisi VIII, gue bongkar tuh mark up dana naik haji semuanya’. Yang bongkar non-Muslim pula,” kata Ahok kepada Nurul.
Nurul kemudian melapor ke Fraksi Golkar. Beberapa hari kemudian, Nurul kembali mendatangi Ahok. Kali ini, Nurul justru memberi kebebasan kepada Ahok untuk bergabung dengan komisi mana.
“Sekarang lu mau gabung ke komisi mana? Asal jangan gabung di Komisi II lagi karena komisi lagi bikin UU Pemilukada dan keberadaan lu ngerepotin’,” cerita Ahok meniru capan Nurul.
Ahok menjawab, “Di komisi mana pun gue berada, pasti keberadaan gue buat lu orang sakit kepala.”
Menurut Ahok saat itu, pernyataan tersebut membuat Nurul tak bisa berkata-kata. Pada akhirnya, beberapa pekan kemudian, Nurul kembali mendatangi Ahok. Nurul beserta pimpinan fraksi menyerah dengan argumentasi Ahok.
“Ya sudah, lu tetap di Komisi II saja, tapi jangan banyak ngomong ya,” kata Nurul sebagaimana ditirukan Ahok ketika itu (sumber http://megapolitan.kompas.com/read/2017/03/09/07393791/gara-gara.pasal.ahok.ahok.pernah.mau.dipindah.dari.komisi.ii.dpr).
Cerita yang menarik dari Ahok. Tentu kebenaran dan kejujuran cerita Ahok ini sangat tinggi. Sebab ini diceritakan satu setengah tahun lebih sebelum kasus korupsi e-ktp merebak. Artinya objektivitas pengakuan Ahok ini dapat dipercaya.
Bisa kita bayangkan, Ahok adalah anggota dewan yang paling vokal menolak proyek e-ktp. Dia justru menyarankan e-ktp diadakan oleh bank pembangunan daerah. Dampak dari sikap Ahok ini tentu sangat serius. Sudah dapat dipastikan bahwa saat Ahok di komisi II DPR, dia pasti menjadi bahan olok-olokan dan musuh bersama. Ahok pasti dituduh tidak kompak, sok nasionalis, dan sok pembela kebanaran. Itu juga yang membuat Ahok hampir dipindahkan. Ahok menjadi manusia aneh disana.
Kejadian ini juga memastikan bahwa Ahok tidak sepeser pun terlibat praktik korupsi. Sebab bila sedikitpun dia terlibat disana, pasti nama dia akan menjadi bulan-bulanan. Dan tidak mungkin juga dia diberi uang haram karena pasti itu akan menjadi senjata makan tuan bagi yang memberi. Sehingga benar bahwa Ahok sudah benar-benar teruji sangat anti korupsi.
Terbongkarnya skandal e-ktp ini telah membuka kesempatan bagi siapa saja yang membenci dan memfitnah Ahok untuk mengenal dia sekali lagi. Bila selama ini dia difitnah dan dituduh, kejadian ini telah membuka mata bahwa itu semua salah. Ahok adalah putra terbaik Indonesia yang sungguh-sungguh memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Meski kasus e-ktp ini melukai hati masyarakat indonesia, tetapi sekali lagi kita harus bersyukur karena kejadian ini telah mengenalkan kita siapa Ahok yang sesungguhnya. Kualitas apa yang dia miliki untuk membangun Indonesia. Walaupun bangsa ini kehilangan uang sebesar 6 triliun rupiah akibat korupsi e-ktp, tetapi Indonesia akan memiliki keuntungan berkali-kali lipat bila orang-orang seperti Ahok diberi kesempatan untuk memimpin bangsa kita. Begitulah gambaran Ahok yang diperjelas karena terbongkarnya kasus jahat ini.
Akhir kata saya ingin menuliskan apa yang saya pernah dengar. “Seribu pengkhianat belum tentu bisa menghancurkan satu bangsa, tetapi seorang pemimpin dapat membangun satu negara yang dihuni berjuta-juta rakyat.”
baca juga:- - Kata Awliya (Pemimpin, Teman Setia) Hanya Berlaku untuk Ahok dan Pilkada DKI? Menolak Lupa Anies Pernah Bilang Gini
- Jokowi: Rp 6 Triliun hanya buat Ubah KTP dari Kertas Jadi Berplastik, Kacau Gara-gara Dikorupsi
- Veronica Tan, Perempuan Hebat Partner Ahok
No comments:
Post a Comment